Sesuai anjuran IDAI, bayi membutuhkan asupan MPASI saat memasuki usia enam bulan. Pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan energi dan gizi tubuhnya. Ada banyak variasi MPASI, namun pemberian asupan yang salah justru bisa menyebabkan bayi mengalami sembelit.
ASI eksklusif adalah asupan terbaik bagi bayi di bawah enam bulan. Disamping pencernaannya yang belum kuat, ASI memiliki beragam manfaat, seperti meningkatkan imunitas, memenuhi nutrisi, hingga membantu perkembangan otak dan fisik. Adaptasi ke MPASI kerap membuat pencernaan bayi bermasalah.
Dalam banyak kasus, pemberian MPASI terkadang malah memicu sembelit atau konstipasi pada bayi. Usus bayi masih dalam perkembangan, pencernaan masih butuh adaptasi dari konsumsi ASI bertambah dengan MPASI. Hal ini umum terjadi saat pertama kali mengenalkan MPASI pada bayi.
Penyebab Sembelit pada Bayi
Menurut IDAI, anak prasekolah dan anak sekolah lebih sering mengalami sembelit. Sementara bayi, sembelit biasa timbul karena kurangnya pemberian minum, buah, sayuran, hingga pemberian susu formula yang berlebihan. Selain karena asupan yang tidak seimbang, usus bayi juga masih dalam tahap beradaptasi dengan makanan berbentuk padat.
Pada banyak kasus, susu formula juga terkadang menyebabkan sembelit. Itu karena susu formula memiliki asupan nutrisi yang lebih sulit dicerna daripada ASI, padahal pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan. Hal ini menyebabkan tinja bayi mengeras, sehingga lebih susah untuk buang air besar.
IDAI menganjurkan pemberian tambahan air putih sebanyak 15-20 milimeter. Ibu juga bisa memberikan asupan buah-buahan selain pisang dan apel. Jika sembelit muncul karena pemberian susu formula yang berlebihan, coba kurangi takarannya. Ibu juga bisa melakukan tips lain untuk mengatasi sembelit pada bayi, seperti berikut.
- Jika asupan ASI tidak mencukupi, beri bayi ekstra air di sela waktu menyusui untuk menambah asupan cairan di dalam tubuhnya. Karena dehidrasi berpotensi menyebabkan sembelit pada bayi.
- Jika bayi sudah mulai mengonsumsi MPASI, cobalah variasikan makanan dengan kandungan serat yang tinggi dan pencahar alami. Contohnya seperti biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buncis, bayam, atau minyak zaitun.
- Cara mudah lainnya adalah dengan memandikan bayi dengan air hangat. Menurut National Institutes of Health, cara sederhana ini bisa mengendurkan otot perut bayi, membantunya berhenti dan rileks untuk mengejan.
Mengatasi Bayi Sembelit dengan Minyak Zaitun
Menurut dr. Devia Irine Putri melalui laman KlikDokter, menambahkan minyak zaitun ke dalam MPASI secara empiris mampu berperan sebagai pencahar alami. Minyak zaitun dapat mengatasi masalah sembelit yang muncul pada bayi di atas enam bulan, senyawa minyaknya akan melumasi dan merangsang gerak usus.
Tips Penggunaan
Meski demikian, ibu juga perlu hati-hati. Pastikan hanya memberikan minyak zaitun dalam kadar yang cukup. Pemberian yang terlalu banyak justru bisa meningkatkan risiko diare pada bayi. Untuk setiap 200 gram brokoli misalnya, ibu hanya perlu menambahkan 1 sendok teh minyak zaitun.
Pemilihan jenis minyak zaitun juga tidak boleh sembarangan. Untuk itu, hanya pilih minyak zaitun berjenis extra virgin saja. Jenis tersebut adalah produksi paling murni, memiliki nutrisi paling banyak, karena tidak melalui pemanasan berlebih dan penambahan bahan kimia. Sementara jenis pure dan light, hanya cocok untuk memasak saja.
Manfaat Lain Minyak Zaitun dalam MPASI
Seperti orang dewasa, bayi juga membutuhkan nutrisi dari lemak sehat yang berasal dari minyak zaitun. Namun, selain lemak, minyak zaitun juga mengandung vitamin A, D, C, B6, kalsium, kalium, magnesium, dan natrium. MPASI dengan campuran minyak zaitun tidak hanya bermanfaat untuk bayi sembelit, selengkapnya sebagai berikut.
1. Asupan Lemak Sehat
Minyak zaitun adalah sumber lemak sehat yang baik, terutama asam lemak tak jenuh tunggal, seperti asam oleat dan asam linoleat yang bermanfaat bagi perkembangan bayi. Lemak sehat ini bisa membantu meningkatkan berat badan anak, menyediakan kalori untuk pertumbuhannya.
2. Perkembangan Otak
Kandungan antioksidan, vitamin C, K, dan E memiliki potensi untuk melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, nutrisi tersebut memiliki peran dalam membantu tumbuh kembang dan kesehatan otak. Manfaat tersebut cukup bagus untuk meningkatkan fungsi otak bayi.
3. Memelihara Jantung
Asam lemak tak jenuh tunggal di dalam minyak zaitun juga mampu meningkatkan profil lipid di dalam tubuh, mengurangi kadar kolesterol jahat, dan meningkatkan kadar kolesterol baik. Manfaat ini bagus untuk jantung. Apalagi dengan kombinasi antioksidan polifenol di dalam minyak zaitun.
4. Memperkuat Tulang
Seperti penjelasan sebelumnya, minyak zaitun memiliki vitamin K dan D. Tubuh memerlukan gizi vitamin K untuk proses pembentukan dan pemeliharaan tulang yang sehat. Sementara itu, vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dalam tubuh, senyawa mineral kunci bagi kepadatan tulang.
5. Mencegah Bakteri
Minyak zaitun memang mengandung berbagai senyawa yang memiliki sifat anti-bakteri dan anti-inflamasi alami. Ini juga menjadi alasan mengapa minyak zaitun sering dianggap sebagai salah satu bahan makanan sehat yang berguna untuk mengurangi risiko infeksi dan menghambat bakteri.
Penutup
Bagi bayi, sembelit adalah salah satu masalah yang kerap muncul. Pencernaan yang masih dalam tahap tumbuh kembang dan adaptasi menyebabkan bayi mengalami hal ini. Terlebih, asupan MPASI yang kurang cairan dan serat bisa meningkatkan risiko bayi mengalami sembelit atau konstipasi.
Pemberian cairan ekstra dari ASI dan air putih adalah salah satu cara mengatasi sembelit pada bayi. Selain itu, pemberian MPASI yang kaya akan serat bisa membantu kelancaran saluran cerna. Mandi dengan air hangat juga mampu mengendurkan otot bayi, membantunya berhenti untuk mengejan.
Minyak zaitun sebagai pencahar alami juga bisa membantu mencegah dan mengatasi sembelit pada bayi. Senyawa di dalamnya akan melumasi dan merangsang gerak otot. Terlebih, penambahan minyak zaitun ke dalam campuran MPASI juga bagus untuk perkembangan otak, jantung, tulang, dan mencegah infeksi bakteri pada bayi.