Orang Sakit Mendapatkan Pahala karena Kesabarannya

Orang Sakit Mendapatkan Pahala karena Kesabarannya

Sakit itu sebuah kepastian, namun kita bisa memilih bagaimana cara bersikap. Karena itu, sakit bukan masalah terbesar kita. Bagi orang muslim, ujian sakit dapat mendatangkan begitu banyak pahala. Sebaliknya, sakit yang diderita juga bisa menjadi penyebab munculnya perbuatan dosa.

Setiap manusia pasti tidak lepas dari yang namanya ujian sakit. Tidak peduli siapa kita, seberapa kaya kita, atau seberapa sehat kita hari ini, kita pasti pernah merasakan sakit. Sebagai muslim, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjadi hamba yang baik ketika sakit melanda.

Pahala untuk Orang Sakit

“Sesungguhnya Allah ketika mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka dengan musibah. Siapa yang rida dengan musibah itu maka dia akan mendapatkan rida Allah. Sebaliknya, siapa yang marah dengan musibah itu maka dia akan mendapatkan murka Allah.” HR. Ahmad & Tirmidzi

Mengutip penjelasan Ustaz Ammi Nur Baits terkait hadis di atas, hakikat ujian yang Allah turunkan kepada para hamba sesungguhnya didasarkan pada rasa cinta. Seorang hamba bisa mendapatkan derajat yang lebih tinggi manakala mampu bersabar terhadap ujian yang Allah berikan tersebut.

Ada yang betul-betul memahami musibah dengan baik, sehingga bisa rida terhadap ujian yang Allah turunkan kepadanya. Keyakinan bahwa ujian tersebut adalah sumber pahala baginya, yang menjadikannya sama sekali tidak merasa dizalimi oleh Allah saat orang tersebut sakit. Pada saat itulah, semoga Allah beri keridaan dan pahala yang besar kepadanya.

Sebaliknya, ada orang yang menyikapi ujian sakit dengan anggapan Allah memberinya kezaliman dan ketidakadilan. Dia terus membandingkan diri dengan kenikmatan sehat yang Allah beri pada orang lain. Menyikapinya dengan marah dan tidak sabar, justru Allah akan beri murka kepadanya.

Makin Besar Musibah, Makin Besar Pahala

Abu Said pernah menjenguk Rasulullah ﷺ saat sedang sakit. Saat meletakkan tangannya ke badan Rasulullah ﷺ ternyata panasnya luar biasa. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya kami para nabi, diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipatgandakan.” Abu Said bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Para nabi, lalu orang saleh. Sungguh ada diantara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Ada juga yang diuji dengan kutu badan dan rambutnya, sampai kutu itu membunuhnya. Sungguh para nabi dan orang saleh itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki.” HR. Abu Ya’la

Para nabi dan orang saleh terdahulu lebih gembira dengan ujian yang mereka terima melebihi kegembiraan orang yang baru saja mendapatkan harta. Mereka meyakini dengan penuh jika sakit adalah ladang pahala baginya, seperti itulah yang Rasulullah ﷺ dan para orang saleh ajarkan kepada kita.

Penutup

Satu pernyataan yang perlu kita renungkan adalah, marah-marah kepada musibah dan sakit tidak serta-merta menghilangkan musibah tersebut. Marah-marah kepada penyakit juga tidak akan mempercepat datangnya kesembuhan. Bahkan, kita cukup yakin, yang akan terjadi justru sebaliknya.

Geram dan tidak rida akan semakin memperparah rasa sakit. Tidak hanya sakit badan, itu juga membuat hati sakit. Sakitnya dua kali, lahir dan batin. Tidak mudah memang melewati masa sakit. Namun, pemaparan Ustaz Ammi Nur Baits di atas menyadarkan kita jika sakit bisa menjadi momen yang tepat untuk tetap bahagia.