Tidak seperti kebanyakan orang, penderita asma memiliki saluran napas yang lebih sensitif. Segala jenis iritasi, sekecil apa pun itu, bisa memicu peradangan yang menyebabkan sesak napas. Salah satu penyebabnya, dokter menyebut jika asma juga bisa kambuh saat cuaca sedang panas. Kok bisa ya?
Selain menghindari paparan alergen, penderita asma juga harus pintar-pintar dalam menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca. Siapa sangka, udara panas dan kurang lembap ternyata bisa menjadi musuh besar bagi mereka. Bisa dibilang, kondisi cuaca yang panas, memiliki kombinasi faktor yang memicu asma kambuh.
Asma Bisa Kambuh saat Cuaca Panas
Ketua Pokja Asma PPOK Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.PK mengatakan bahwa udara panas memang bisa memicu asma untuk kambuh. Hal serupa juga dituturkan oleh dr. Putu Ayu Diah, Sp.PK, beliau malah menyarankan penderita agar menghindari pajanan cuaca panas.
“Jadi, memang udara kering itu lebih bisa memicu asmanya dibandingkan udaranya lebih banyak uap airnya,” ujar dr. Budhi Antariksa. Selain itu, dr. Budhi menyebut bahwa udara dengan uap air lebih baik dan lebih banyak, juga cenderung lebih aman bagi penderita asma, contohnya seperti udara di daerah pantai.
Pada umumnya, asma dipandang bukan sebagai penyakit yang berat. Namun, menurut dr. Putu Ayu, kondisi cuaca yang panas bisa menimbulkan serangan yang berat hingga mengancam jiwa. Terlebih jika bersama kondisi panas, ada paparan alergen tertentu yang jumlahnya sangat banyak.
“Jadi, perlu kita waspadai juga perubahan cuaca seperti ini, selain DHF-nya naik, ya kasus-kasus asma artinya yang berhubungan dengan kondisi di udara itu meningkat,” ujar dr. Putu Ayu. Penderita asma yang terpapar beberapa pemicu, seperti alergen, polusi, dan cuaca memiliki risiko besar untuk kambuh.
Penyebab Asma Kambuh saat Cuaca Panas
1. Peningkatan Polusi Udara
Asma kambuh saat cuaca panas kebanyakan karena polusi udara. Cuaca panas sering berkaitan dengan pembentukan ozon di dalam atmosfer. Begitu juga kenaikan suhu, bisa meningkatkan debu dan konsentrasi partikel alergen di udara. Kedua polutan tersebut tentu sangat iritatif bagi pernapasan.
US Environmental Protection Agency dan World Health Organization telah menerbitkan banyak penelitian yang membahas tentang hubungan peningkatan polusi udara dan risiko meningkatnya serangan asma. Penderita asma tentu harus berhati-hati dengan faktor polusi saat cuaca sedang panas.
2. Rendahnya Kelembapan Udara
Udara yang panas sering kali kering, dan kelembapan yang rendah diduga bisa menyebabkan saluran napas menjadi kering dan lebih sensitif terhadap iritasi. Bagi penderita asma, kelembapan udara yang rendah bisa menyebabkan peningkatan evaporasi air di saluran napas yang menyebabkan batuk dan iritasi.
Jurnal-jurnal penelitian medis seperti The Journal of Allergy and Clinical Immunology telah banyak memuat penelitian dan studi yang mengonfirmasi kaitan antara kelembapan udara yang rendah dan asma. Jika demikian, penderita asma bisa memanfaatkan bantuan alat pelembap udara saat cuaca sedang panas.
3. Naiknya Alergen & Suhu
Sebuah penelitian dalam American College of Allergy, Asthma, and Immunology menyebutkan hubungan antara alergen udara luar dengan gejala asma. Terlebih, pada cuaca panas, serbuk sari dari tanaman hingga asap bisa melayang secara bebas. Bagi penderita asma, paparan alergen bisa memicu kambuhnya asma.
Begitu juga perubahan suhu secara mendadak, seperti dari dingin ke panas yang bisa memicu kondisi bernama bronkokonstriksi. Kondisi ini bisa menimbulkan adanya penyempitan saluran udara di dalam paru-paru yang merupakan ciri khas pada serangan asma.
Tips Sehat saat Polusi & Cuaca Panas
Melansir dari detikHealth, dokter spesialis paru, dr. Erlang Samoedro, Sp.PK menegaskan bahwa mengurangi kegiatan luar ruangan adalah langkah yang terbaik, “Kita harus tahu dulu lingkungan kita seberapa parah polusinya. Ketika tinggi, disarankan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.”
Adapun jika terpaksa harus keluar rumah ketika cuaca sedang panas-panasnya, maka lebih baik menggunakan masker. Penggunaan masker tentunya dapat mengurangi polutan yang masuk ke dalam tubuh. Masker N95 dan masker bedah, menurut dr. Erlang adalah pilihan paling yang terbaik bagi penderita.
dr. Erlang juga menyarankan penderita asma untuk memperbanyak konsumsi antioksidan. Hal ini akan membantu mengurangi, menetralisir, dan mengeliminasi polutan yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan bisa didapatkan melalui sayur, buah, hingga yang paling simpel melalui suplemen.
Habbatus Sauda Habasyi HIU adalah suplemen herbal yang kaya akan antioksidan. Nigella sativa, bahan utama suplemen ini, menurut penelitian dalam Phytotherapy Research juga terbukti memiliki relasi yang bagus terhadap eosinofil darah tepi. Produk ini selain memberi asupan antioksidan, juga bisa membantu meredakan gejala asma.