Panduan Menggunakan Minyak Zaitun untuk Masak Agar Nutrisinya Tidak Hilang

Panduan Menggunakan Minyak Zaitun untuk Masak Agar Nutrisinya Tidak Hilang

Terdapat beragam jenis minyak yang biasa digunakan masyarakat untuk memasak. Ada minyak sayur, minyak kelapa, minyak kacang, dan jenis minyak lainnya. Semua minyak tersebut memiliki fungsi untuk memanaskan makanan dan baik digunakan, asalkan cara penggunaannya tepat. Masyarakat perlu mengetahui bahwa setiap jenis minyak memiliki titik asap yang berbeda, dengan cara yang salah bisa jadi bukannya memberi manfaat malah menjadi racun untuk tubuh.

Aturan umum dalam menggunakan beragam jenis minyak salah satunya dengan tidak memakainya secara berulang melebihi dua kali. Penggunaan minyak secara berulang untuk menggoreng, membuat minyak teroksidasi atau rusak karena paparan udara, cahaya, atau panas yang berlebih. Minyak yang teroksidasi, selain memiliki bau dan rasa yang tidak sedap juga tidak sehat untuk dikonsumsi, bahkan bisa mendatangkan penyakit.

Disamping jenis minyak tersebut, ternyata ada beberapa jenis minyak yang dinilai lebih sehat untuk dipakai memasak. Salah satunya adalah minyak zaitun. Minyak hasil ekstraksi buah zaitun tersebut, memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak dan tinggi. Bahkan, minyak ini sering digunakan untuk program diet.

Di Indonesia sendiri, belum banyak penggunaan minyak zaitun untuk memasak. Sebagian orang lebih mengenalnya sebagai obat herbal, karena beberapa produk di pasaran diposisikan dan dilabeli sebagai suplemen kesehatan tubuh. Memang benar minyak zaitun baik untuk tubuh, tapi minyak zaitun juga memiliki fungsi yang tidak sedikit, termasuk bisa digunakan dalam memasak. Sebelumnya, sebagai konsumen tentunya wajib mengetahui panduan yang tepat bagaimana cara menggunakan minyak zaitun untuk menggoreng.

Minyak Zaitun untuk Masak

1. Pemilihan Jenis Minyak Zaitun

Di pasaran, setidaknya ada empat jenis minyak zaitun yang beredar. Masing-masing jenis tersebut memiliki perbedaan, mulai dari proses produksinya yang kemudian berefek pada tingkat kandungan dan titik asapnya.

Titik asap pada jenis minyak zaitun yang beragam tersebut harus dicocokkan dengan masakan yang akan dimasak. Saat minyak zaitun melewati titik asap, yang ada adalah membuat struktur nutrisinya rusak, sehingga kurang baik jika dikonsumsi. Bahkan, rusaknya struktur minyak zaitun tersebut dinilai dapat menghasilkan lemak karsinogen yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker.

Empat jenis minyak zaitun tersebut, diketahui untuk jenis extra virgin oil dan virgin oil memiliki batas titik asap hingga 180 °C, sementara minyak zaitun jenis pure oil memikiki batas titik asap 200 °C, sedangkan untuk jenis light oil 220 °C. Karena titik asap yang berbeda, contohnya pada jenis extra virgin oil yang lebih rendah, maka biasanya hanya digunakan untuk makanan dengan teknik tumis ringan, atau dicampur ke salad agar strukturnya tidak rusak.

Agar dalam memasak menggunakan minyak zaitun tidak melewati batas suhu yang telah disebutkan, konsumen bisa memakai termometer untuk mengukurnya secara langsung. Jika suhu dirasa mendekati batas titik asap, maka bisa dilakukan pengecilan api.

2. Pemakaian Berulang

Wajarnya, jika minyak zaitun dipakai dengan tidak melewati titik asapnya, kemudian untuk warna dan rasanya masih netral, maka bisa digunakan kembali untuk memasak. Namun, untuk hitungan amannya, sebaiknya jangan menggunakannya melebihi tiga kali pemakaian. Sebisanya, gunakan takaran yang pas agar sisa minyaknya tidak terbuang sia-sia.

3. Teknik Memasak

Sebetulnya bisa saja minyak zaitun digunakan untuk menggoreng dengan kuantitas minyak yang banyak. Namun, beberapa sumber mengatakan jika minyak zaitun lebih baik digunakan untuk menggoreng dan memasak makanan yang tidak membutuhkan terlalu banyak minyak. Seperti tumisan, memanggang di atas teflon, memasak sup, dan sejenisnya.

Penutup

Minyak zaitun sangat bisa digunakan untuk memasak, tetapi karena di pasaran terdapat berbagai jenis minyak zaitun, ada baiknya konsumen memilihnya dengan tepat. Karena setiap jenisnya memiliki titik asap yang berbeda-beda, harusnya dicocokkan dengan jenis masakan yang akan dimasak. Sebaiknya jangan melebihi titik asap karena akan membuat struktur nutrisinya rusak, kemudian untuk penggunaan berulang harus dilihat dari faktor rasa dan aromanya.